Senin, 09 Maret 2015

Konspirasi di Balik Penyadapan Jokowi dan Eksekusi 'Bali Nine'

Upaya pemindahan dua terpidana mati 'Bali Nine' dari Lapas Kerobokan, Bali menuju Lapas Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah mengguncang kemarahan pemerintah Australia. Negeri Kangguru ini langsung memboikot hubungan dagang antara kedua negara.

Quote:
Dengan boikot, Australia secara sadar mengabaikan kelanjutan perdagangan ekspor sapi senilai USD 3 miliar. Tahun lalu saja, Indonesia mengimpor USD 1,2 miliar daging beku serta USD 460 juta sapi anakan dari Negeri Kanguru.
Istana pun menanggapi serius ancaman boikot yang dilancarkan Australia itu. Saat ini, Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi aktif memberikan penjelasan mengenai hukuman mati terhadap dua otak penyelundupan dari kelompok 'Bali Nine'.

Sekretaris Kabinet Andi Widjajanto mengaku sadar rencana eksekusi terhadap duo 'Bali Nine' tersebut telah membuat hubungan antara kedua negara menjadi retak. Atas alasan itu, Jokowi sudah meminta Jaksa Agung M Prasetyo agar terus berkoordinasi dengan Menlu sebelum eksekusi dilaksanakan.

Terkait hal itu, Presiden Jokowi sudah memberikan arahan kepada Jaksa Agung agar pelaksanaan eksekusi tidak mengesampingkan hubungan kedua negara. Sehingga, butuh kehati-hatian agar proses eksekusi tak memperburuk kerja sama yang sudah terjalin.

Australia gigih melobi agar dua warganya yang masuk dalam jaringan bandar narkoba 'Bali Nine' urung ditembak mati oleh otoritas Indonesia. Dukungan pada Negeri Kanguru turut disuarakan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon.

Sekadar mengingatkan, dua WN Australia yang terancam mati adalah Andrew Chan dan Myuran Sukumaran. Pada 2006, mereka memimpin penyelundupan 8,3 kilogram heroin ke Bali.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott kemarin mengecam keras Indonesia. Dia mengatakan survei nasional menyatakan mayoritas warga Australia menuntut RI membatalkan eksekusi tersebut.

"Saya menyampaikan agar Indonesia merespons permohonan warga Australia yang ingin menyelamatkan warganya dari hukuman mati," kata Abbott.

Eksekusi Bakal Batal? Jokowi Disadap Saat Pilpres. Kecurangannya Akan Diungkap Australia?

Jokowi disadap akankah eksekusi dua bali nine akan ditunda lagi?
Tekanan Pemerintah Australia terkait rencana eksekusi mati duo bali nine, kali ini adalah mengancam akan membeberkan hasil sadapan terkait kecurangan pilpres 2014.

Tampaknya, ancaman Australia untuk sementara berhasil menggetarkan Jokowi dan jaksa agung. Eksekusi dua bali nine secara tidak pasti belum ditentukan. Masih ditunda. Padahal, katanya, sejak beberapa hari yang lalu sudah siap dilaksanakan.

Dalam sebuah wawancara radio, disebutkan bahwa Selandia Baru aktif mengumpulkan data dari negara-negara tetangganya, baik itu Indonesia maupun negara kecil di Kepulauan Pasifik sepanjang 2009. Penyadapan di era pemerintahan Jokowi-JK ini dengan membobol PT Telkomsel dan PT Indosat.

Presiden Joko Widodo pun dilaporkan terkait penyadapan yang dilakukan dua negara persemakmuran Inggris itu. Namun, respons yang diberikan sangat berbeda dengan Mantan Presiden RI sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono.

Jokowi sangat santai menanggapi kabar penyadapan tersebut. Jokowi malah sempat melemparkan guyonan sadapan tersebut.

Adanya penyadapan yang ramai diperbincangkan saat ini, menurut CEO Indosat, Alexander Rusli sudah menjadi konsekuensi bagi operator besar.

Pasalnya, kata dia, target yang disadap itu kebanyakan para pejabat pemerintah yang tentunya memakai jasa operator besar. Ini merupakan isu yang sudah lama, kemudian terjadi lagi. Sehingga, kecil kemungkinan operator kecil yang kena sadap.

Presiden Jokowi menolak menanggapi ancaman WikiLeaks terkait penyadapan terhadap dirinya pada pilpres 2014 lalu. Sebab Jokowi merasa dirinya tidak pernah disadap oleh Australia atau Selandia Baru.

Presiden mengatakan dirinya tidak pernah memiliki rahasia apapun sehingga tidak patut disadap oleh negara luar. Dengan sedikit lelucon presiden menyatakan kalau penyadapan itu lebih banyak terjadi di kebon karet atau di hutan vinus.

Beberapa hari menjelang eksekusi terpidana mati gelombang kedua dilakukan, WikiLeaks mengeluarkan pernyataan siap membongkar percakapan rahasia Jokowi saat Pilpres 2014 lalu. WikiLeaks menggunakan data dari bocoran dokumen rahasia milik bekas kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden.

Dalam dokumen itu disebutkan bahwa mata-mata Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel.

Badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) melakukan penyadapan bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB). Bocoran Snowden tentang ulah mata-mata Australia itu diterbitkan Kamis (5/3/2015) di Selandia Baru.

Masih menurut dokumen Snowden, Selandia Baru dan Australia menyadap satelit komunikasi satelit dan kabel telekomunikasi bawah laut. Mereka berbagi data panggilan telepon, email, pesan media sosial dan metadata. Data-data sadapan itu lantas dibagi bersama jaringan “Five Eyes” atau jaringan spionase “Lima Mata”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar